Hubungan rangsangan puting susu dengan peningkatan kontraksi uterus pada kala II persalinan.
1. Rangsangan Puting Susu
Dari hasil penelitian terdapat 32 ibu bersalin 13 orang dilakukan rangsangan puting susu dan 13 orang lainnya tidak dilakukan rangsangan puting susu. Berdasarkan teori puting susu disusun oleh urat-urat otot yang lembut dan merupakan sebuah jaringan yang tebal berupa urat saraf berada di ujungnya, rangsangan yang diberikan pada puting susu bisa membantu proses kelahiran. Sebagian besar rangsangan puting susu telah diselediki kegunaannya sebagai alternatif oksitosin pada tes stress kontraksi (suatu tes yang telah ditetapkan tampak tidak efektif dan berbahaya) dan efektifitasnya dalam melunakkan servik dan menginduksi persalinan (Simkin dan acheta, 2005 : 71 & 72) pada ibu menyusui ketika seorang bayi mulai menyusu pada puting susu seorang wanita, hasil perangsang fisik menyebabkan impuls, impuls pada ujung saraf dikirim ke kelenjar pituitary juga berada di otak untuk menghasilkan dua macam hormon yang disebut prolaction dan oxytocin. Pralactin dapat menghasilkan susu dan oxytocin dapat menyebabkan kontraksi pada uterus.
2. Peningkatan Kontraksi Uterus pada Kala II Persalinan
Dari hasil penelitian terhadap 32 ibu bersalin. 1G ibu bersalin mempunyai kontraksi yang kuat, 12 ibu bersalin mempunyai kontraksi yang sedang dan 4 ibu bersalin mempunyai kontraksi yang lemah.
Berdasarkan teori ada beberapa fakta yang dapat berpengaruh pada kontraksi uterus, hal ini dikemukakan dalam teori-teori yang kompleks, antara lain : teori penurunan hormon, teori plasenta menjadi tua, teori distensi rahim, teori iritasi mekanik dan indikasi persalinan (Rustum, 199 : 90) sedangkan faktor kala II persalinan adalah faktor imobiutas, Dehitrasi dan emosional (Chapman, 2005). Ada beberapa upaya untuk meningkatkan kontraksi uterus pada kala II persalinan yaitu :
a. Non Farmakologis
1) Dukungan
2) Rangsangan Puting Susu
Upaya yang paling sering dilakukan untuk meningkatkan kontraksi pada kala II persalinan adalah rangsangan puting susu, ibu atau pasangannya dapat menggosok satu atau kedua puting susu karena akan meningkatkan kontraksi uterus dengan rangsangan oksitosin alamiah (Chapman, 2006 : 99).
3) Kompres pada Fundus, dan lain-lain
b. Non Farmakologis
1) Pemberian Oksitosin Intramuscular (im)
2) Pemberian Oksitosin Intravena / Infus (iv)
3. Hubungan Rangsangan Putting susu dengan peningkatan kontraksi uterus pada kala II persalinan.
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang dilakukan rangsangan puting susu mempunyai kontraksi yang kuat dan tidak ada responden yang mempunyai kontraksi yang lemah. Setelah dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil x2 hitung = 14,0529 > x2 tabel = 5.991 dengan taraf signifikasi 5%, db = 2 sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara rangsangan putting susu dengan peningkatan kontraksi pada kala II persalinan.
Berdasarkan teori rangsangan yang diberikan pada puting susu bisa membantu proses kelahiran. Ibu dapat menggosok satu atau dua puting susu karena akan meningkatkan kontraksi Uterus dengan rangsangan alamiah (Chapman, 2006 : 99)
No comments:
Post a Comment