Friday, 13 June 2008

Pengertian Pembawa Acara

Pengertian Pembawa Acara

Membawa Acara adalah proses berbicara dengan cara mengatur susunan atau jalannya acara agar acara tersebut bisa berjalan dengan baik dan tersusun sistematis.

Dalam kegiatan yang diacarakan, selalu ada orang yang bertugas memberitahu dan mengatur pelaksanaan setiap mata acara. Pergantian dari satu mata acara ke mata acara berikutnya selalu mengikuti perintahnya. Orang-orang yang terlibat dalam setiap mata acara itu pun selalu mematuhinya. Lancar tidaknya suatu acara sangat bergantung kepadanya. Dialah yang disebut pembawa acara. Pembawa acara adalah orang yang mengatur atau memberikan narasi dan informasi mengenai susunan suatu acara atau kegiatan (Wikipedia, 2008:1).

Menurut Wiyanto dan Astuti (2002:2) Pembawa Acara adalah orang pertama yang berbicara dalam suatu acara (Wiyanto dan Astuti, 2002:2). Sebagai pembawa acara, dia hams bisa menarik perhatian hadirin untuk segera merasa terlibat dalam pertemuan itu. Kalau upaya ini gagal, jalannya acara menjadi hambar, tidak berkesan dan mengecewakan. Sebaliknya bila pembawa acara pandai menguasai dan mengasyiki hadirin, maka acara menjadi lancar dan menyenangkan. Dengan demikian kesuksesan sebuah acara berada di tangan pembawa acara.

Dalam menjalankan tugasnya, pembawa acara berbicara di depan khalayak umum. Berbicara di depan umum ini mudah-mudah susah. Dikatakan mudah karena setiap hari kita berbicara. Dikatakan susah karena tidak semua orang berani melakukannya karena dipengaruhi oleh rasa takut dan malu. Jika sudah berpengalaman kedua rasa tersebut akan hilang sehingga tidak menjadikan demam panggung dan acara pun berjalan lancar.

Pembawa acara harus mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan penggunaan bahasa terutama penggunaan bahasa lisan. Pembawa acara harus memperhatikan faktor kebahasaan yang meliputi pelafalan, diksi, intonasi dan penalaran (Wiyanto dan Astuti, 2002:5).

1. Pelafalan

Pembawa acara harus mampu melafalkan bunyi bahasa secara tepat agar tidak menimbulkan kasak-kusuk pendengar. Misal kata "sodara" yang seharusnya dilafalkan saudara. Jika hal ini sering terjadi, maka perhatian pendengar akan terganggu dan pelaksanaan acara pun ikut terganggu.

Pengucapan kata-kata harus jelas terdengar. Untuk itu gerakan alat-alat ucap terutama lidah, bibir dan gigi hams leluasa. Demikian pula dengan volume suara hams pas sesuai dengan kebutuhan pendengar. Selain itu juga lebih penting yaitu kelancaran. Pembawa acara hams bisa berbicara lancar, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat agar pendengar dapat dengan mudah memahaminya.

2. Diksi

Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan pembawa acara dalam memandu acara. Kata-kata yang digunakan hendaknya tepat, jelas dan bervariasi.

Hal tersebut untuk mempermudah pendengar dalam memahami. Di samping itu hendaknya menggunakan kata-kata yang sudah dikenal (akrab) di telinga masyarakat. Misalnya menggunakan kata "tepat" daripada efektif, kata "hemat" daripada efisien. Memang kata yang belum dikenal dapat membangkitkan rasa ingin tahu namun akan menghambat kelancaran berbicara.

3. Intonasi

Intonasi memadukan peran penting dalam berbicara. Penggunaan intonasi yang baik, pendengar akan dapat memahami informasi dan meningkatkan daya tarik sehingga pendengar pun senang, bangga dan puas mengikuti jalannya acara.

Intonasi menyangkut empat hal, yaitu tekanan, nada, tempo, dan jeda. Tekanan menyangkut keras lemahnya suara, sedangkan nada berkaitan dengan tinggi rendahnya suara. Tempo berhubungan dengan cepat lambatnya berbicara dan jeda menyangkut perhentian. Keempat hal tersebut harus dipahami secara serasi untuk memperoleh intonasi yang baik dan menarik.

Pembawa acara yang baik tidak akan mengucap kata-kata atau kalimat­ - kalimat sama cepatnya. Kadang-kadang pembawa acara berbicara lambat diikuti tekanan lemah dan nada rendah, kadang kadang pula pembicara berkata cepat disertai tekanan keras dan nada tinggi untuk membangkitkan semangat pendengar. Jika pembawa acara berbicara cepat, waktu yang digunakan sedikit. Sebaliknya jika berbicara lambat, waktunya akan banyak. Dengan demikian pembawa acara perlu memainkan waktu, tempo dalam berbicara untuk memperjelas informasi.

Pembawa acara tidak mungkin berbicara dalam satu nafas dan perlu berhenti pada tiap-tiap akhir kalimat. Perhentian (jeda) bertujuan memberi kesempatan kepada pendengar dalam memahami kalimat yang baru diucapkan sekaligus untuk menarik nafas bagi pembawa acara.

Tekanan, nada, tempo, dan jeda hams dipadukan secara harmonis artinya keras lemahnya suara, tinggi rendahnya suara, cepat lambatnya suara dan perhentian hams dikombinasikan dengan baik agar suara yang terdengar bukan suara datar yang monoton melainkan suara bergelombang yang enak didengar.

4. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi) secara singkat, lengkap, dan mudah diterima pendengar. Kalimat bisa menarik kalau ada variasi. Variasi kalimat dapat dibentuk melalui perpaduan panjang pendek, letak SPOK, aktif pasif, berita, tanya, perintah dan pilihan kata. Dengan bekal pengetahuan tersebut, pembawa acara dapat menyusun kalimat­kalimat efektif yang menarik. Selain itu kalimat yang digunakan harus logis (masuk akal), misalnya :

a. waktu dan tempat saya berikan

b. Bapak Agung saya persilakan

c. hadirin dimohon berdiri

Bukan seperti pada kalimat berikut yang biasa digunakan pembawa acara lain,

a. waktu dan tempat saya persilakan

b. kepada Bapak Agung saya persilakan

c. hadirin dimohon untuk berdiri

No comments:

Hawk Advertising

Terima Pemesanan :

ID Card,Undangan, Shooting Video, Banner, Spanduk, Stiker, Blanko, Seragam Kantor, Pengadaan Komputer, Maintenance.

Dan Kebutuhan Kantor lain nya.

Anda Pesan Besok kami Antar (Untuk daerah Surabaya dan Sekitarnya)

Hub : 0856 4999 8 555 / arianto.sam@gmail.com