Konsep Kawasan Andalan
Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (1996) mendefinisikan bawa Kawasan Andalan adalah Kawasan yang berpotensi untuk cepat tumbuh (Fast Growth) dibandingkan dengan kawasan lainnya yang ada di suatu propinsi. Pertumbuhan yang terjadi diharapkan membawa dampak positif bagi kawasan di sekitarnya (Hinterland). Dengan demikian, Kawasan Andalan diupayakan untuk menjadi suatu kawasan sebagai berikut:
1. Kawasan yang mempunyai pengaruh utama untuk kegiatan ekonomi (Prime Mover) yang dapat memacu pertumbuhan wilayah. Karena itu, Kawasan Andalan harus mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan ekonomi sektor lain di kawasannya sendiri maupun pada kawasan lain (Hinterland-nya).
2. Kawasan yang mempunyai keterkaitan dengan daerah belakang (Hinterland). Kawasan Andalan tidak bisa berdiri sendiri, oleh sebab itu harus memiliki keterkaitan, baik keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang dengan beberapa daerah pendukung. Keterkaitan ke belakang berarti kawasan andalan mendapat supply kebutuhan komponen produksinya. Keterkaitan ke depan berarti kawasan andalan harus mempunyai daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan atau dikumpulkan di kawasan andalan tersebut.
3. Kawasan yang mempunyai infrastruktur yang relatif lebih baik dan lengkap. Kurangnya infrastruktur membuat investasi menjadi mahal (High cost invesment), sehingga akan berpengaruh pada keengganan investor untuk menanamkan modalnya di kawasan tersebut.
Hierarki Perkotaan
Robinson Tarigan (2004) menyatakan tempat-tempat konsentrasi yang umumnya berupa daerah perkotaan tersebar di suatu wilayah/negara dengan penduduk (besarnya kota) yang tidak sama. Setiap kota memiliki daerah belakang atau wilayah pengaruhnya. Makin besar suatu kota makin beragam fasilitas yang disediakan sehingga makin luas wilayah pengaruhnya. Suatu kota yang besar selain memiliki daerah belakang berupa daerah pertanian juga memiliki beberapa kota kecil. Apabila kota kecil banyak tergantung dari kota besar maka kota kecil termasuk di dalam daerah pengaruh dari kota yang lebih besar. Misalnya kota kecil membeli berbagai keperluan dan menjual berbagai hasil produksinya ke kota besar. Demikian juga banyak penduduk dari kota kecil yang pergi bekerja, mencari tempat pendidikan, dan berbagai urusan lainya ke kota besar. Dengan demikian akan lebih mudah dibedakan kota mana yang lebih tergantung terhadap kota lainnya sehingga mudah menetapkan perbedaan rangkingnya. Biasanya kota yang paling besar wilayah pengaruhnya, diberikan rangking satu atau kota orde kesatu, yang lebih kecil berikutnya diberi rangking dua dan seterusnya.
Konsep Scalogram
Menurut Blakely (1994), pada dasarnya scalogram membahas mengenai fasilitas perkotaan yang dimiliki suatu daerah sebagai indikator difungsikannya daerah tersebut sebagai salah satu pusat pertumbuhan. Dengan demikian analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi peranan suatu kabupaten/kecamatan berdasarkan pada kemampuan masing-masing kabupaten/kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Asumsinya jika suatu kabupaten/kecamatan mempunyai berbagai fasiltas yang relatif lengkap di bandingkan dengan kabupaten/kecamatan lainnya, maka kabupaten/kecamatan tersebut mampu berperan sebagai suatu pusat pertumbuhan pada kawasan tersebut.
No comments:
Post a Comment