Pengertian    prestasi  kerja  disebut  juga  sebagai  kinerja  atau  dalam  bahasa Inggris disebut dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih  menggambarkan pada “prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka  dalam  bahasa  Indonesia  sering  diartikan  menjadi  “pencapaian”  atau  “apa yang dicapai”. (Ruky:15) 
Bernardin dan Russel (1993:378) memberikan definisi tentang prestasi kerja sebagai berikut : 
“performance is defined as the record of outcome produced on a specified job function or activity during a specified time period” (Prestasi kerja didefinisikan  sebagai  catatan  dari  hasil-hasil  yang  diperoleh  melalui  fungsi-fungsi  pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu). 
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan pada  hasil  atau  yang  diperoleh  dari  sebuah  pekerjaan  sebagai  kontribusi  pada perusahaan. 
Rahmanto  menyebutkan  prestasi  kerja  atau  kinerja  sebagai  tingkat  pelaksanaan  tugas  yang  bisa  dicapai  oleh  seseorang,  unit,  atau  divisi,    dengan  menggunakan  kemampuan  yang  ada  dan  batasan-batasan  yang  telah    ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan. (www. Feunpak. web. Id/ jima/isna.txt) 
Pengertian Penilaian Prestasi Kerja 
Pada  sub-bab  di  atas  telah  dijelaskan  mengenai  prestasi  kerja,  namun bagaimanakah  definisi  “penilaian”  ?  Muchinsky  (1993:217)  mendefinisikan penilaian sebagai berikut :  
“  a  systematic  review  of  an  individual  employee’s  performance  on  the  job which is used to evaluate the effectiveness of his or her work”. (suatu peninjauan yang sistematis terhadap prestasi kerja individu karyawan dalam pekerjaan yang 
digunakan untuk mengevaluasi efektivitas kerja). 
Penilaian  prestasi  kerja  dalam  bahasa  inggris  disebut  sebagai  performace  appraisal.  Pada  kamus  Manajemen  SDM  dan  Perilaku  Organisasi  (Tunggal, 1997:48)  berarti  suatu  proses  organisasi  menilai  performa  individu.  Sedangkan Bittel  (1996:233)  menyebutkan  suatu  evaluasi  formal  dan  sistematis  tentang seberapa baik seseorang melakukan tugasnya dan memenuhi perannya yang sesuai dalam organisasi.  
Blanchard  dan  Spencer  (1982:100)  menyebutkan  penilaian  prestasi  kerja merupakan proses organisasi yang mengevaluasi prestasi kerja karyawan terhadap pekerjaannya.  Esensinya,  supervisor  dan  karyawan  secara  formal  melakukan evaluasi  terus menerus.  Kebanyakan  mereka  mengacu  pada  prestasi  kerja sebelumnya  dan  mengevaluasi  untuk  mengetahui  apa  yang akan  dilakukan selanjutnya.  Ketika  prestasi  kerja  tidak  memenuhi  syarat,  maka  manajer  atau supervisor  harus  mengambil  tindakan,  demikian  juga  apabila  prestasi  kerjanya bagus maka perilakunya perlu dipertahankan.  
Putti  dalam  bukunya A  Manager’s  Primer  on  Performance  Appraisal, sebagaimana yang dikutip oleh Achmad S. Ruky (2002:12-13), terdapat beberapa definisi penilaian prestasi kerja, antara lain : 
Roger  Belows,  dalam  Psycology  of  Personnal  in  Business  Industry, 
Prentice Hall, New Jersey 1961, p.370 mendefinisikan suatu penilaian periodik  atas  nilai  seorang  individu  karyawan  bagi  organisasinya, dilakukan  oleh  atasannya  atau  seseorang  yang  berada  dalam  posisi untuk mengamati atau menilai prestasi kerjanya. 
2.       Dale S. Beach, The management of People at Work, Mac Milian New 
York,  1970  p.257,  mendifinisikan  sebuah  penilaian  sistimatis  atas individu  karyawan  mengenai  prestasinya  dalam  pekerjaannya  dan potensinya untuk pengembangan. 
3.       Bernardin dan Russel (1993:379), mendefinisikan suatu cara mengukur 
kontribusi  individu  (karyawan)  kepada  organisasi  tempat  mereka bekerja. 
4.       Cascio  (1992:267),  mendefinisikan  sebuah  gambaran  atau  diskripsi 
sistimatis  tentang  kekuatan  dan  kelemahan  yang  terkait  dengan pekerjaan dari seseorang atau satu kelompok. 
Dari  beberapa  definisi  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  penilaian  prestasi kerja merupakan cara sistematis untuk mengevaluasi prestasi, kontribusi, potensi dan  nilai  dari  seorang  karyawan  oleh  orang-orang  yang  diberi  wewenang perusahaan sebagai landasan pengembangan dan sebagainya. 
Tujuan Penilaian Prestasi Kerja 
Perusahaan maupun organisasi menggunakan penilaian prestasi kerja bagi para karyawan  atau  individu  mempunyai  maksud  sebagai  langkah  administratif  dan 
pengembangan.  Secara  administratif,  perusahaan  atau  organisasi  dapat menjadikan penilaian prestasi kerja sebagai acuan atau standar di dalam membuat keputusan  yang  berkenaan  dengan  kondisi  pekerjaan  karyawan,  termasuk  untuk
promosi  pada  jenjang  karir  yang  lebih  tinggi,  pemberhentian,  dan  penghargaan atau  penggajian.  Sedangkan  untuk  pengembangannya  adalah  cara  untuk memotivasi dan meningkatkan keterampilan kerja, termasuk pemberian konseling pada perilaku karyawan dan menindak-lanjuti dengan pengadaan training (Gomez, 2001:226). 
Cherrington  (1995:276)  menambahkan  tujuan  lainnya  antara  lain  untuk mengidentifikasi  kebutuhan  training  untuk  kepentingan  karyawan  agar  tingkat kemampuan dan keahliannya pada suatu pekerjaan dapat ditingkatkan pada level yang  lebih  tinggi.  Kemudian  diintegrasikan  pada  perencanaan  sumberdaya manusia yang dihubungkan pada fungsi-fungsi SDM.  
Lebih jelasnya, penilaian prestasi kerja mempunyai tujuan (Rahmanto) untuk: 
1.      Membedakan tingkat prestasi kerja setiap karyawan. 
2.      Pengambilan      keputusan      administrasi    seperti    :      seleksi,      promosi,retention, demotion, transfer, termination, dan kenaikan gaji. 
3.      Pemberian pinalti seperti :  bimbingan untuk meningkatkan  motivasi  dan diklat untuk mengembangkan keahlian. 
Dari  beberapa  tujuan  penilaian  prestasi  kerja  di  atas,  dapat  diklasifikasikan melalui  persentase  mayoritas  perusahaan  yang  menggunakan  untuk  kepentingan yang sama pada 26 perusahaan Amerika, 25 perusahaan Inggris, dan Korea yang beroperasi di negara Malaysia. Penelitian yang dilakukan oleh Tan dan Torrington (1998) sebagai berikut : 
1.      Alasan terpenting bagi perusahaan Amerika untuk menerapkan sistem penilaian  prestasi  kerja  karyawan  adalah  sebagai  dasar  bagi  kenaikan gaji  (81%),  keputusan  promosi  (77%),  pelatihan  dan  pengembangan (68%), dan pembinaan (60%)
2.      Urutan pada perusahaan Inggris ada sedikit perbedaan, yaitu keputusan promosi  (88%),  pelatihan  dan  pengembangan  (75%),  dan  penentuan kenaikan gaji (67%). 
3.      3Pada perusahaan Korea yang beroperasi di Malaysia, penilaian prestasi kerja  karyawan  sebagai  dasar  keputusan  promosi  (75%),  pelatihan (57%),  perencanaan  sumber  daya  manusia  (50%),  dan  penentuan kenaikan gaji (36%). Dari  data  di  atas,  dapat  diketahui  bahwa  setiap  perusahaan  di  dalam menetapkan  tujuan  penilaian  prestasi  kerja  tidak  ada  yang  diprioritaskan  atau hanya memiliki satu tujuan saja dari beberapa tujuan yang ada. 
Beberapa Bentuk Proses Penilaian Prestasi Kerja 
Carol and Schneir 
Carroll  dan  Schneir  membuat  model  penilaian  prestasi  kerja  yang mencakup ketiga aspek di dalamnya, antara lain: identification, measurement, dan management mengenai prestasi kerja karyawan di dalam organisasi. 
1.      Identification
Mengidentifikasi  segala  ketentuan  yang  menjadi  area  kerja  seorang manajer  untuk  melakukan  uji  penilaian  prestasi  kerja.  Identifikasi  secara rasional dan legal memerlukan sistem pengukuran berdasarkan job analysis. Sistem  penilaian akan  terfokus  pada  prestasi  kerja  yang  mempengaruhi keberhasilan  organisasi  dari  pada  karateristik  yang  tidak  berhubungan dengan  prestasi  kerja  seperti  ras,  umur,  dan  jenis  kelamin.  Dimensi  ini langkah awal yang penting di dalam proses penilaian. Apabila dimensi yang signifikan  itu  gagal,  moril  karyawan  yang  diinginkan  untuk  mendapatkan tipe  karyawan  yang  bekerja  dengan  baik  pada  dimensi tersebut  tidak  akan diterima  dan  dihargai.  Apabila  sudah  tidak  relevan  dan  dimensi  tersebut tidak  dihiraukan  maka  karyawan  merasa  bahwa  proses  penilaian  tidak memiliki arti secara keseluruhan. 
2.      Measurement
Pengukuran  (measurement)  merupakan  bagian  tengah  dari  sistem penilaian,  guna  membentuk  managerial  judgment  prestasi  kerja  karyawan yang  memilah  hasil  baik-buruknya.  Pengukuran  prestasi  kerja  yang  baik 
harus  konsisten  melalui  organisasi.  Sehingga seluruh manajer  di  dalamnya diharuskan  menjaga  standar  tingkat  perbandingannya.  Pengukuran  prestasi kerja karyawan melibatkan sejumlah ketetapan untuk merefleksikan perilaku karyawan pada pengenalan beberapa karakteristik maupun dimensi. Secara tehnis,  sejumlah  ketetapan  itu  seperti  halnya  predikat  exellent  (sempurna), good  (baik), average  (cukup),  dan  Poor  (kurang)  dapat  digunakan  dengan pemberian nomor dari 1 hingga 4 untuk tingkatan prestasi kerja karyawan. 
Dari  segi  alat  pengukuran,  Gomez-Mejia  dkk  (2001:227). memiliki format penilaian yang diklasifikasikan pada dua cara : (1) the type of judgment that is  required  (relative  or  absolute),  dan  (2)  the  focus  of  the  measure  (trait, behavior, or outcome).
Relative  judgment  merupakan  format  penilaian  yang  menganjurkan supervisor untuk membandingkan prestasi kerja sesama karyawan yang satu dengan  yang  lain  pada  jenis  pekerjaan  yang  sama.  Sedangkan  absolute judgment menyangkut format penilaian yang menganjurkan supervisor untuk membuat penilaian mengenai prestasi kerja karyawan berdasarkan standar. 
Sistem pengukuran prestasi kerja dapat diklasifikasikan dengan bentuk data yang terfokus pada: trait (karakteristik) data,  behavior (perilaku) data, dan outcome (hasil) data.  Trait appraisal instruments (penilaian sifat atau karakter)  menjadi  tugas  supervisor  untuk  membuat  penilaian  mengenai karakter-karakter pekerja yang cenderung konsisten dan berlangsung lama.  Sistem  kedua  dari  pengukuran  prestasi  kerja  adalah behavioral appraisal  instruments  (penilaian  perilaku)  terfokus pada  aspek  penilaian perilaku karyawan.  
Pada  outcome  appraisal  instrumen  (penilaian  yang  berorientasi  pada hasil)  yang  digunakan  untuk  menilai  hasil  kerja  karyawan  yang  telah dilakukan.  Bentuk  penilaian  ini  menurut  Bittel  (1996:222)  mengharuskan sasaran khusus dalam bentuk hasil yang dapat diukur, disepakati sebelumnya oleh atasan dan bawahan.  
3.      Management
Penilaian  prestasi  kerja  karyawan  memberikan  mekanisme  penting bagi  manajemen  untuk  digunakan  dalam  menjelaskan  tujuan-tujuan    dan standar-standar kerja serta memotivasi karyawan di masa berikutnya. Hal ini dapat  dipahami  sebagai  suatu  tahapan  yang  dirancang  untuk  memperbaiki kinerja  perusahaan  secara  keseluruhan  melalui  perbaikan  prestasi  kerja karyawan oleh manajer lini.  
Pendekatan sistem penilaian prestasi kerja 
Penilaian prestasi kerja pada sistem ini harus mengidentifikasi prestasi kerja yang berhubungan dengan kriteria yang telah ditetapkan, mengukurnya dan  memberikan  timbal  balik  pada  karyawan  dan  departemen  personalia ataupun  SDM.  Apabila  pengukuran  prestasi  kerja  tidak  ada  keterkaitan dengan pekerjaan, maka evaluasi/penilaian dapat mengarah pada hasil yang tidak  akurat  atau  menimbulkan  bias  (prasangka)  (Werther  dan  Davis, 1986:284). 
Sebagaimana  pada  sistem  penilaian  prestasi  kerja  ini  menunjukkan  bahwa  setelah  proses penilaian telah dilaksanakan maka ada imbal-balik bagi karyawan atas hasil yang  telah  dicapai,  kemudian  catatan-catatan  tersebut  dijadikan  dasar pertimbangan untuk diputuskannya hasil prestasi kerja karyawan. 
Pada  penelitian  ini,  proses  performance  appraisal  (penilaian  prestasi kerja)  pada gambar tersebut merupakan tahapan-tahapan yang akan diteliti guna  mendapatkan  hasil  dari  prestasi  kerja  karyawan  selama  bekerja  di perusahaan. 
 
 
 
  
1 comment:
My wife blogs about her grandmother on her deathbed an you have the balls to post about a vacation spot. You're a real piece of work.
Post a Comment